Bunda Bijak, Anak Sehat, keluarga bahagia

Thursday, January 17, 2013

Tips Memilih Gorden


Gorden merupakan salah satu perlengkapan rumah yang multifungsi. Selain untuk membatasi pandangan, Bunda juga bias memfungsikan gorden sebagai penghias ruangan, penghalang cahaya yang berlebihan, penghalang angin dan lain sebagainya.

Pada dasarnya, semua jenis kain bisa digunakan gorden.  Meski kain jenis katun, sutra, dan kain cita lebih familiar, tak ada yang melarang penggunaan wol, flanel, atau tenun meskipun bunda harus tetap memperhatikan iklim dan kondisi lingkungan rumah.

Kain jenis wol tentu tidak cocok digunakan di daerah tropis dan kotor seperti Jakarta karena akan menumpuk debu. Hampir semua jenis kain terlihat lebih bagus dan tahan lama bila diikat meskipun membiarkannya jatuh lurus tanpa dihalangi apapun kadangkala juga tetap menarik. Untuk itu, Bunda bias memilih kain jenis sutra, taffeta, voile (tenun tipis), kasa katun halus dengan bordir, atau linen.

Jika menggunakan kain yang ringan dan tipis, sebaiknya dibuat dengan panjang sekitar tiga kali lebar jendela agar jatuhnya terlihat lebih indah. Selain itu, kita tak perlu khawatir jika kain menyusut.

Selain tips-tips di atas, ada juga beberapa tips yang diberikan oleh desainer interior Mary Gilliatt, dalam Mary Gilliatt's Interior Design Course .
  • Jika lingkungan rumah Anda cukup dingin, berangin, dan berisik, pilih bahan gorden yang cukup tebal dan berat untuk meredamnya.
  • Utara dan selatan merupakan posisi terbaik untuk jendela. Tapi, jika ruangan cenderung gelap, pilih gorden yang tak banyak menghalangi cahaya. Agar tampak cantik, ikat gorden di bagian tengah.
  • Jendela yang menghadap timur atau barat memiliki risiko silau yang cukup besar. Hindari kain yang terlalu tipis atau berwarna sangat cerah. Kurangi cahaya yang masuk dengan blinds atau tirai tipis di balik gorden.
  • Bila rumah Anda berada di tengah kota yang penuh polusi, hindari tirai berwarna terang. Apalagi, dengan detail lipatan-lipatan yang rumit. Sebab, debu dan kotoran akan menumpuk dengan cepat.
  • Jendela yang terlalu transparan membuat privasi berkurang. Hati-hati menggunakan tirai berbentuk jala, kasa, renda, atau penutup bertipe translusen lainnya yang justru terlihat transparan di malam hari. Sebaiknya, pilih tirai tipis atau cafe curtain agar lebih aman.
(ideaonline)


Sunday, January 6, 2013

5 Gangguan makan Pada Bayi Prematur


Seorang bayi yang lahir sebelum minggu ke 37 kehamilan atau lahir prematur, seringkali mengalami kesulitan makan, karena berbagai alasan. Gangguan makan pada bayi prematur dapat berlangsung selama berbulan-bulan dan sering terkait dengan masalah kesehatan yang lain.
Berikut 5 gangguan makan yang sering dialami oleh bayi yang lahir prematur, seperti dilansir mom.me Jumat (4/1/2013) antara lain


1.    Lambat dalam mengisap air susu.

Bayi yang lahir prematur belum memiliki otot-otot yang kuat untuk menghisap air susu ibu (ASI). Sehingga bayi prematur membutuhkan waktu yang lama untuk minum ASI sampai dirinya merasa kenyang. Bayi yang lahir prematur juga seringkali kurang mampu mengkoordinasikan otot-ototnya untuk menarik napas ketika sedang menghisap air susu yang dapat membuatnya tersedak atau muntah, kecuali bayi Anda minum susu secara perlahan-lahan.

2.    Keengganan membuka mulut
Dokter biasanya memberikan bantuan pernapasan pada bayi prematur dengan memasang selang udara dalam mulut atau hidung bayi. Hal ini dapat membuat bayi merasa tidak nyaman dan dapat menyebabkan masalah makan jangka panjang yang disebut keengganan oral atau keengganan membuka mulut. Kondisi ini membuat bayi tidak menyukai segala sesuatu yang mendekati wajah atau mulutnya, karena trauma dengan ketidaknyamanan yang pernah dialaminya dulu. Hal ini dapat diatasi dengan cara terapi okupasi dan konsultan laktasi untuk mengajarkan kepada bayi untuk makan dengan cara yang normal
.
3.    Refluks gastrointestinal
Refluks gastrointestinal terjadi ketika otot sfingter antara kerongkongan dan perut tidak menutup dengan erat, yang merupakan masalah umum pada bayi prematur. Asam dari perut dapat kembali ke kerongkongan dan menyebabkan nyeri yang sering terjadi setelah makan. Bayi dapat mengasosiasikan makan dengan rasa ketidaknyamanan tersebut dan dapat menolak untuk makan. Refluks juga dapat menyebabkan muntah yang dapat menyebabkan kurangnya gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan. Bayi prematur yang bermasalah dengan pernapasan juga memiliki risiko yang lebih besar terhadap refluks asam. Kebanyakan bayi dapat mengatasi refluks setelah berusia sekitar 1 tahun. Untuk mengatasi refluks, dokter mungkin menyarankan untuk menempatkan bantal yang rendah di kepala bagian bawahnya untuk menjaga agar kepala bayi sedikit terangkat ketika berbaring.

4.    Gangguan pernapasan akibat air susu
Bayi yang tidak dapat mengisap air susu secara efektif atau menelan sambil bernapas, dapat berisiko terhadap gangguan pernapasan seperti pneumonia atau infeksi pernapasan kronis. Selalu perhatikan bayi Anda ketika menyusui, untuk menghindari menekan puting susu ke mulut bayi secara tidak sengaja Waspadai jika kulit wajah bayi berubah kehitaman atau biru, tersedak, atau susu keluar dari hidung atau muntah karena hal ini mungkin merupakan tanda-tanda gangguan pernapasan akibat air susu

5.    Masalah pada perut
Sama seperti organ tubuh lainnya yang belum cukup kuat, usus bayi yang lahir prematur juga belum dapat berfungsi secara optimal dan lebih lambat dalam memindahkan makanan. Bayi prematur lebih mungkin mengembangkan sembelit, kembung, mual, dan sakit perut lainnya yang menyebabkan bayi kesulitan untuk makan

(health.detik.com)


Thursday, January 3, 2013

Mengatasi Kesan Sempit Ruangan dengan Cermin


Mengatasi Kesan Sempit Ruangan dengan Cermin


Memiliki rumah sempit  tidak bisa dihindari oleh sebagian orang terutama akhir-akhir ini. Keterbatasan lahan serta gaya hidup perkotaan yang serba praktis membuat  desain rumah mungil menjadi pilihan terutama bagi keluarga kecil.

Untuk mengatasi kesan kecil dan sempit ruangan, biasanya digunakan cermin yang besar sebagai solusinya.  Dinding cermin memberikan ilusi pandangan pada penghuni ruangan. Sehingga jarak pandang yang tadinya terbatas, terasa lebih jauh "menembus" bayangan di cermin.

Menempatkan dinding cermin pada satu sisi dinding, membuat tampilan ruangan seolah-olah dua kali lebih luas. Sebagai contoh, apabila Bunda memiliki ruang keluarga di apartemen yang mungkin berukuran 1,5mx1,2m. Efek luas terasa dari ditempatkannya cermin untuk menutupi seluruh permukaan dinding.
Jika berniat mengaplikasikan dinding cermin pada ruangan, perhatikan beberapa hal. Usahakan penempatan furnitur tidak menempel pada permukaan dinding cermin. Hal ini perlu Bunda lakukan, untuk menjaga agar cermin tidak tergores. Selain itu, sebelum membuat dinding cermin, rencanakan penataan ruang dengan baik. Termasuk di dalamnya penempatan saklar dan stop kontak. Perencanaan demikian mutlak diperlukan, karena perangkat listrik tersebut tidak bisa dipasang pada dinding yang akan dilapisi cermin.

Bunda juga perlu memperhatikan penempatan titik lampu untuk pencahayaan ruang. Jika Bunda ingin menempatkan lampu di depan cermin, usahakan agar letak lampu dan cermin tidak berhadapan. Posisi lampu dan cermin yang berhadapan mengakibatkan cahaya lampu langsung menyorot ke cermin. Cahaya tersebut akan dipantulkan oleh cermin. Pantulan cahaya dari cermin akan sangat menyilaukan dan tentunya membuat tidak nyaman. (ideaonline)


 

Bunda Bijak Copyright © 2010 LKart Theme is Designed by Lasantha